BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Evolusi
merupakan perubahan yang terjadi pada mahluk hidup secara perlahan sehingga
membutuhkan waktu yang lama. Teori ini merupakan perpaduan antara gagasan dan
fakta yang terjadi dilingkungan. Yang dianggap sebagai pencetus idenya adalah
Charles Darwin dan beberapa ilmuan lainnya. Kelebihan teori Darwin daripada
ilmuan sebelumnya yaitu Darwin telah memperhitungkan pengaruh lingkungan
terhadap evolusi.
Prubahan-perubahan
yang terjadi saat evolusi merupakan ungkapan dari kerja agensia evolutif.
Apabila agensia evolutif ini tidak bekerja, maka makhluk hidup berada dalam
keadaan tetap. Menurut Hardy Wainberg, agensia evolutif ini terdiri dari
rekombinasi seksual, mutasi, genetic drift, gene flow, dan seleksi alam.
Diantara kelima agensia ini hanya seleksi alam yang dapat menyebabkan makhluk
hidup dapat bertahan hidup (adaptasi).
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakan interaksi yang muncul
sebagai akibat dari adaptasi makhluk hidup terhadap lingkunganya ?
2.
Bagaimanakah dampak hereditas terhadap
kehidupan makhluk hidup?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui hukum-hukum Mendel dan
Hardy-Weinberg yang berhubungan dengan teori evolusi
2.
Mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan variasi-variasi pada perubahan spesies
D.
Manfaat
Untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tentang hukum-hukum yang melatar belakangi spesiasi
sehingga mahasiswa dapat mengetahui latar belakang terjadinya evolusi dan
faktor-faktor penyebab evolusi (agensia evoluti)
BAB
II
KAJIAN
TEORI
Dengan adanya
beberapa ilmuan yang mengemukakan fakta tentang evolusi yang menjadi fenomena
terhadap perubahan alam semesta. Namun teori-teori tersebut belum lengkap,
karena belum dapat dijelaskan secara spesifikasi. Pada umumnya orang-orang berpendapat
bahwa pewarisan sifat dari induk ke keturunanya adalah melalui darah, dan anak
mendapat darah campuran dari ayah dan ibunya. Dengan demikian maka
diungkapkanlah tentang Hukum Mendel yang dapat menguaraikan tentang pewarisan
sifat yang dapat melengkapi teori evolusi. Dari beberapa percobaan yang
dilakukan oleh Mendel dapat disimpulkan bahwa :
1.
Bahwa tiap sifat organisme hidup
dikendalikan oleh sepasang factor keturunan atau gen, satu dari induk jantan
yang yang lainnya dari induk betina.
2.
Tiap pasang kromosom keturunan
menunjukan bentuk alternatif sesamanya (bentuk pengganti suatu gen pada lokus
tertentu pada kromosom) yang disebut pasangan alel.
3.
Salah satu pasangan alel tersebut
dominan, menutupi alel yang resesif apabila keduanya berada bersama-sama.
4.
Pada pembentukan sel kelamin atau gamet
pada proses meiosis, pasangan factor keturunan memisah. Setiap gamet membawa
salah satu faktor. Kemudian pada proses fertilisasi, faktor-faktor itu akan
berpasangan secara acak. Apabila faktor tersebut memiliki kesempatan yang
sebanding dan independent dalam pembentukan generasi berikutnya maka terjadi
pemilihan kombinasi yang bebas. Hal ini sering disebut dengan hukum pemisah dan
campuran independent.
Informasi
genetik merupakan salah satu faktor penentu sifat ataupun ciri fisik terhadap
organisme. Faktor fenotif merupakan interaksi antara genotif dengan lingkungan.
Keterangan
:
F
= Fenotif
G
= Genotif
L
= Lingkungan
Dengan
begitu apabila terjadi perubahan pada salah satu faktor makan akan menyebabkan
perubahan pada fenotifnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
variasi-variasi mahluk hidup dalam populasinya baik dari faktor gen maupun
lingkungan.
Contohnya
:
Seperti yang diketahui perbedaan
tumbuhan di dataran rendah dan tumbuhan di dataran tinggi memiliki lingkungan
fisik yang berbeda. Antara lain dipengaruhi oleh suhu, kandungan O2, dll.
Misalnya bunga mawar yang tumbuh di dataran tinggi memiliki bentuk daun dan
bunga yang lebih besar daripada bunga mawar yang tumbuh di daerah dataran
rendah. Hal ini disebabkan karena lingkungan fisik di dataran tinggi mendukung
pertumbuhan bagi pohon mawar tersebut.
Variasi-variasi tersebut tidak memisahkan
spesiesa baru tersebut dari populasinya apabila masih mungkin terjadinga
pertukaran gen (perkawinan). Dengan begitu maka hal tersebut belum dapat dikatakan
spesiasi sehingga tidak terbentuk spesies baru.
Apabila perbandingan genotif suatu
populasi tidak berubah dari generasi ke generasi, bahwa dapat dikatakan
frekuensi gennya dalam keadaan seimbang. Hal ini di dukung dengan pernyataan
dari hukum Hardy-Weinberg yang menyatakan bahwa frekuensi gen dari generasi ke
generasi selalu konstan tanpa dipengaruhi oleh rekombinasi gen, mutasi gen,
genetic drift dan gene flow. Hukum ini memiliki rumus persamaa sebagai berikut
:
Keterangan
:
p
= frekuensi alel A
q
= frekuensi alel a
contohnya
:
Apabila alel A = 0,7 dan alel a = 0,3 dan p + q = 1, maka berapa hasil
peritungannya ?
jawab :
A = p = 0,7
A = q = 0.3
Jadi,
p2(AA)
+ 2pq(Aa)
+ q2(aa) = 1
0.72 +
2(0.7*0.3) + 0.32
= 1
0.49
+ 0.42 +
0.9 = 1
Akan tetapi kenyataanya masih banyak terjadi
perubahan, sehingga frekuensi gennya berubah yang berarti terdapat evolusi.
Variasi-variasi yang terjadi pada mahluk hidup dipengaruhi oleh beberapa faktor
anatar lain :
- Rekombinasi seksual
Pada populasi makhluk hidup yang melakukan reproduksi secara aseksual,
tidak ada kombinasi materi genetik dari individu yang berbeda, sehingga akan
selalu menghasilkan individu baru yang identik dengan induknya bila tidak
terjadi mutasi gen. Lain halnya dengan individu yang melakukan reproduksi
seksual. Keturunan yang dihasilkan dapat berbeda dengan induknya karena selama
meiosis kromosom bergabung secara acak dan juga pada saat peristiwa fertilisasi
terjadi penggabungan materi genetik dari dua sel yang berbeda yaitu sel telur
dan sel sperma.
Dengan demikian rekombinasi gen dapat memberi peluang besar untuk
terjadinya variabilitas yang berpengaruh pada potensi evolutif populasi. Seperti
pada Hukum
mandel I dan hukum mandel II, tentang
hukum pemisahan dan rekombinasi faktor- faktor keturunan yang
terjadi selama meiosis. Pada mahkluk hidup yang bereproduksi secara seksual,
peristiwa fertilisasi didahului oleh proses pembentukan gamet (meiosis). Proses
meiosis menghasilkan gamet-gamet yang mempunyai jumlah kromosom sebanyak
separuh dari jumlah kromosom sel induknya. Pada proses meiosis
inilah terjadi pemisahan faktor- faktor keturunan dari
masing- masing alelnya secara bebas. Peristiwa pemisahan yang berlangsung
secara bebas itulah yang lebih terkenal dengan hukum mandel I,
sebaliknya peristiwa kombinasi
secara bebas lebih dikenal dengan hukum mandel II. Dengan peristiwa pemisahan dan rekombinasi secara bebas
inilah menyebabkan kandungan faktor keturunan pada tiap gamet secara
keseluruhan tidak sama satu sama lain. Dengan kata lain secara keseluruhan
tiap-tiap gamet berbeda satu dengan yang lainnya.
- Mutasi
Mutasi
merupakan sumber utama adanya variasi. Mutasi adalah suatu peristiwa perubahaan
kandungan gen maupun struktur kromosom suatu individu, yang dapat menimbulkan
variasi dalam populasi. Dari
kutipan- kutipan tersebut diatas bahwa mutasi diartikan sebagai perubahan
faktor keturunan atau sifat keturunan (gen) dan perubahan itu bersifat
fisikokimia. Mutasi terjadi secara
acak, yang beradaptasi hanya sebagian kecil. Bila suatu mutasi mempunyai nilai
ketahanan dan bentuk baru yang diturunkan telah nampak, maka ketahanan,
kedewasaan dan reproduksi dari bentuk baru itu tidak bersifat acak lagi.
Mereka, cenderung untuk bertambah dalam populasi dibandingkan dengan anggota
populasi lain yang mempunyai nilai seleksif rendah. Walaupun mutasi adalah
dasar variasi, tetapi peranannya hanya kecil.
Macam-macam mutasi antara lain :
1.
Berdasarkan tempat terjadinya
a. Mutasi
kecil( point mutation)
Mutasi
kecil adalah perubahan yang terjadi pada susunan molekul (ADN) gen.. Mutasi jenis ini yang menimbulkan perubahan
alel. Mutasi gen diartikan sebagai suatu perubahan fisiokimiawi gen. Perubahan
fisiokimiawi gen yang terjadi antara lain dapat berupa perubahan atau
pergantian pasangan basa. Misalnya pasangan A-T diganti menjadi G-C: peristiwa
semacam ini antara lain disebabkan karena terjadi satu basa purin ataupun
pirimidin oleh senyawa lain yang analog semacam zaguanin atau bromouracil C-G.
b. Mutasi
besar (gross
mutation)
Mutasi besar adalah perubahan yang terjadi pada stuktur
dari kromosom. Istilah khusus mutasi kromosom yakni aberasi. Sehingga
untuk selanjutnya istilah aberasi dipakai untuk mutasi kromosom , sedangkan
istilah mutasi khusus untuk mutasi gen saja. Beberapa peristiwa perubahan
struktur kromosom, antara lain seperti
·
Inversi
Inversi merupakan mutasi yang terjadi karena perubahan letak gen akibat terpilinnya kromosom pada saat meiosis sehingga terbentuk kiasma. Tipe kelainan kromosom ini sulit diidentifikasi secara visual. Pada peristiwa inversi, urutan gen menjadi terbalik yang disebabkan karena kromosom pecah menjadi dua bagian, bagian tengahnya menyisip kembali dalam urutan terbalik.
Inversi merupakan mutasi yang terjadi karena perubahan letak gen akibat terpilinnya kromosom pada saat meiosis sehingga terbentuk kiasma. Tipe kelainan kromosom ini sulit diidentifikasi secara visual. Pada peristiwa inversi, urutan gen menjadi terbalik yang disebabkan karena kromosom pecah menjadi dua bagian, bagian tengahnya menyisip kembali dalam urutan terbalik.
·
Translokasi
Translokasi adalah peristiwa perpindahan potongan kromosom menuju kromosom lain yang bukan homolognya. Translokasi dapat menyebabkan kromosom yang terjadi lebih panjang atau lebih pendek dari sebelumnya. Pada kondisi ini, sepotong kromosom terlepas dan menautkan diri pada kromosom lain.
Translokasi adalah peristiwa perpindahan potongan kromosom menuju kromosom lain yang bukan homolognya. Translokasi dapat menyebabkan kromosom yang terjadi lebih panjang atau lebih pendek dari sebelumnya. Pada kondisi ini, sepotong kromosom terlepas dan menautkan diri pada kromosom lain.
·
Duplikasi
Duplikasi merupakan peristiwa penambahan dan penggandaan patahan kromosom dari kromosom lain yang sehomolog.
Duplikasi merupakan peristiwa penambahan dan penggandaan patahan kromosom dari kromosom lain yang sehomolog.
·
Delasi
Delesi merupakan peristiwa pengurangan suatu kromosom akibat sebagian kromosom pindah pada kromosom lain, karena adanya patahan.
Delesi merupakan peristiwa pengurangan suatu kromosom akibat sebagian kromosom pindah pada kromosom lain, karena adanya patahan.
2.
Berdasarkan macam sel yang
mengalami mutasi
a.
Mutasi
somatis
(mutasi vegetatif)
Mutasi somatis adalah mutasi yang terjadi pada
sel soma . Bila perubahan sel somatis demikian besar , sel-sel dapat mati . dan
kalau dapat bertahan hidup memiliki kelainan atau tak berfungsi secara normal.
b. Mutasi germinal (mutasi gametis/ generatif)
Mutasi germinal adalah mutasi yang terjadi sel
germinal (terdapat didalam gonad). Hal ini terjadi terdapat pada mahkluk hidup
bersel banyak dan bukan yang bersel satu. Atau strukturnya yang lebih
sederhana. Bila perubahan berlangsung pada gamet. maka akibat yang
ditimbulkan begitu hebat dan gametpun segera mati.
3.
Berdasarkan faktor penyebab mutasi
a. Mutasi alami (spontan)
Mutasi alam adalah mutasi yang terjadi secara
alami (tanpa dibuat dan disengaja manusia).
b.
Mutasi buatan
Mutasi
spontan merupakan
mutasi yang sengaja dibuat oleh manusia, yang biasa diarahkan kepada
tujuan-tujuan tertentu. Misalnya dibidang budidaya, perakitan bibit dan
lain-lain.
4.
Berdasarkan manfaat bagi individu
atau populasi yang mengalami
a.
Mutasi yang
merugikan
Mutasi
yang merugikan adalah mutasi yang berakibat timbulnya ciri dan kemampuan yang
kurang atau tidak adaptip pada individu (populasi)
b.
Mutasi yang
menguntungkan
Mutasi
yang menguntungkan adalah mutasi yang berakibat timbulnya ciri dan kemampuan
yang semakin adaptip pada individu (populasi), diantara kedua mutasi itu, yang
paling banyak terjadi adalah mutasi yang merugikan.
Penyebab terjadinya mutasi antara lain :
1.
Faktor fisika (radiasi)
2.
Faktor kimia
3. Faktor biologi
- Genetic drift ( hilangnya gen )
Genetic drift adalah perubahan atau terlepasnya frekuensi
alel yang terjadi secara kebetulan. Dalam hal ini semua alel mempunyai
kemampuan atau kemungkinan yang sama untuk berpindah. Hal ini sangat berarti
pada populasi yang jumlahnya sangat kecil. Kenyataannya 1 dari 2 alel mempunyai
peluang untuk lepas adalah kira-kira 0.8%. Genetic drift selalu mempengaruhi
frekuensi alel pada beberapa tingkat, tetapi pengaruh tersebut menurun pada
populasi yang berukuran besar. Karena itu dalam populasi yang kecil, kurang
dari 100 individu, genetic drift
masih cukup kuat pengaruhnya terhadap perubahan frekuensi alel, meskipun ada
agen perubahan (evolutif) lain yang berperan pada saat itu juga terhadap
perubahan frekuensi alel dalam arah yang berbeda. Karena mempengaruhi frekuensi
alel maka genetic drift merupakan
agensia evolutif yang tidak dapat diabaikan, juga dalam peristiwa spesiasi.
- Gene flow ( alur gen )
Gene flow
atau alur gen adalah perubahan frekuensi alel akibat adanya migrasi (terutama
imigrasi). Imigran dapat menambah alel baru ke dalam lungkang gen (gene pool)
suatu populasi sehingga dapat merubah frekuensi alel. Arus gen dapat terjadi
mulai dari kisaran yang sangat rendah hingga yang sangat tinggi, tergantung
dari jumlah individu yang masuk (berimigrasi) dan seberapa banyak perbedaan
genetik yang terdapat pada imigran dengan yang ada pada individu-individu dalam
populasi penerima. Jika tidak ada perbedaan genetik yang terlalu besar, maka
pergerakan individu dalam jumlah yang sangat kecil pada populasi penerima
tersebut tidak cukup kuat untuk mengubah frekuensi alel.
Bagaimanapun
juga bila perbedaan genetik sangat besar, imigrasi kecilpun dapat menghasilkan
perbedaan frekuensi alel yang sangat besar dalam populasi penerima. Sebagai
contoh adalah hibridisasi, “perkawinan dalam” (interbreeding) di antara
individu-individu yang termasuk dalam spesies yang dianggap berbeda mungkin
saja terjadi. Hibridisasi semacam ini memungkinkan terbawanya alel baru ke dalam
populasi dan dapat menjadi penyebab dimulainya kecenderungan perubahan
frekuensi alel dalam populasi penerima.
Jika
terjadi perubahan kode genetik atau rekombinasi gen, maka akan muncul
varian-varian baru. Varian-varian tersebut ada yang sesuai dengan hukum Mendel
dan ada juga yang menyimpang dari hukum Mendel. Perubahan yang terjadi akibat
dari faktor rekombinasi seksual, mutasi, genetic drift, dan gene flow akan
menyebabkan terjadinya perubahan alel pada populasi yang bersangkutan. Hal
inilah yang disebut dengan agensia evolutif. Dan apabila varian-varian tersebut
tidak dapat lagi melakukan perkawinan dalam “interbreeding” maka terjadilah
spesiasi yang akhirnya menghasilkan spesies baru.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Variasi
yang ada pada individu-individu dalam suatu populasi tidak akan memisahkan diri
menjadi dua spesies selama masih memungkinkan terjadinya pertukaran gen
(perkawinan). Sehingga adanya variasi belum tentu menyebabkan terjadinya
spesiasi. Hal ini sesuai dengan hukum Mendel dan Hardy-Wainsberg yang
menjelaskan proses pewarisan keturunan dan frekuensi gen konstan. Namun
hukum-hukum tidak berlaku apabila dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa
faktor yang menyebabkan perubahan evolutif ialah rekombinasi seksual, mutasi, genetic
drift, dan gene flow. Faktor-faktor tersebut berperan dalam perubahan frekuensi
alel. Dan apabila varian-varian tersebut tidak dapat lagi melakukan perkawinan
dalam “interbreeding” maka terjadilah spesiasi yang akhirnya menghasilkan
spesies baru.
B.
Saran
Dengan disusunya
makalah ini kita jadi lebih mengerti tentang dasar-dasar evolusi saperti hal
yang melatar belakangi spesiasi yang merupakan awal dari evolusi. Pada makalah
ini materi yang dibahas bisa dikatakan belum lengkap dari segi materi dan
literature-literaturnya. Jadi bagi pembaca agar lebih aktif untuk mencari dan
menambah materi yang sesuai dengan makalahn ini. Pada penulisan makalah ini
masih banyak kesalahan-kesalahan, sehingga kami perlu saran dan masukan yang
membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
panduan “Sejarah Perkeembangan Teori Evolusi Mahluk Hidup” karya Prawoto,
Sudjoko, dan Siti Mariyam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar